2024 Islam Genap 100 Tahun

Berdasarkan Sistem Ummul Qura, Arab Saudi

Meliputi tahun hijriyah: 1445 - 1446 H

Selain terbatas penggunaannya, masyarakat juga jarang melihat atau memperhatikan kalender Jawa dan kalender Islam yang biasanya disatukan dengan kalender Masehi dalam ukuran angka atau keterangan yang lebih kecil. Selain itu, sebagian kalender Masehi juga tidak mencantumkan kalender Islam, apalagi kalender Jawa.

Untuk keperluan sehari-hari, masyarakat menggunakan kalender Masehi yang dipakai secara internasional. Negara terakhir yang turut menjadikan kalender Masehi sebagai acuan untuk pengaturan administrasi sipil adalah Arab Saudi pada 2016. Sebelumnya Arab Saudi menggunakan kalender Islam. Kini, kalender Islam hanya digunakan untuk kepentingan ibadah dan kalangan terbatas.

Melemahnya peran keraton dan wilayah yang jauh dari pusat keraton membuat informasi tentang perubahan kurup atau pembaruan sistem kalender Jawa itu tidak sampai ke masyarakat.

Kekurangpahaman masyarakat tentang kalender Jawa dan kalender Islam membuat sebagian masyarakat menyebut perayaan 1 Muharam 1445 H yang berlangsung di sejumlah daerah pada Selasa (18/7/2023) juga menyebutnya dengan perayaan 1 Sura. Padahal, perayaan 1 Sura 1957 (Jimawal) baru akan digelar Karaton Yogyakarta dan Surakarta pada Rabu (19/7/2023) malam.

Tahun ini, 1 Muharam jatuh pada Rabu (19/7/2023) atau tepatnya Selasa (18/7/2023) selepas Matahari terbenam hingga Rabu (19/7/2023) sebelum Matahari terbenam. Karena awal hari kalender Islam dimulai pada malam hari, bukan dini hari seperti kalender Masehi, masyarakat biasanya menyebut 1 Muharam 1445 H ini jatuh pada malam Rabu, jarang yang menyebutnya Selasa malam.

Awal bulan (month) dalam kalender Islam ditentukan berdasar ketampakan Bulan (moon). Karena itu, kalender Islam disebut sebagai kalender astronomi. Untuk Muharam 1445 H ini, data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut, ijtimak atau konjungsi yang berarti kesegarisan Matahari, Bulan, dan Bumi yang jadi tanda fase Bulan baru terjadi Selasa (18/7/2023) pukul 01.32 WIB.

Akibatnya, pada Selasa (18/7/2023) petang saat Matahari terbenam, posisi Bulan di seluruh wilayah Indonesia telah memiliki ketinggian 5,03-7,50 derajat dan elongasi atau jarak sudut Matahari-Bulan mencapai 7,44-8,57 derajat. Umur Bulan berkisar 14,06-17,43 jam.

Dengan hisab kriteria imkan rukyat (kemungkinan terlihatnya hilal) yang dianut pemerintah dan sebagian besar organisasi masyarakat Islam, yaitu syarat masuk bulan baru jika ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat, maka 1 Muharam 1445 H jatuh pada Rabu (19/7/2023).

Demikian pula dengan hisab kriteria wujudul hilal (terbentuknya hilal) yang dipakai Muhammadiyah, 1 Muharam 1445 juga jatuh pada Rabu (19/7/2023). Syarat bulan baru dalam kriteria ini sudah terpenuhi semua, yaitu ijtimak terjadi sebelum maghrib, Bulan sudah di atas ufuk, dan Matahari terbenam lebih dulu dari Bulan.

Akibatnya, bulan Zulhijah 1444 H yang merupakan bulan ke-12 dalam kalender Islam memiliki panjang 30 hari bagi yang menggunakan kriteria wujudul hilal dan 29 hari bagi yang memakai kriteria imkan rukyat. Kedua kelompok ini memang memasuki bulan Zulhijah 1444 H secara berbeda sehingga Idul Adha mereka pun berbeda.

Perayaan tahun baru Islam di Indonesia yang jatuh pada Rabu (19/7/2023) itu juga sama dengan banyak negara di dunia. Sesuai data Proyek Pengamatan Hilal Pusat Astronomi Internasional (ICOP IAC) yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 1 Muharam 1445 H juga dirayakan pada Rabu (19/7/2023) di Arab Saudi, Turki, Malaysia, Libya, hingga Sudan. Namun, Pakistan baru akan merayakan tahun baru hijriah pada Kamis (20/7/2023).

Baca juga: Gerhana Matahari Bukan Tanda Awal Bulan dalam Kalender Hijriah

Meski sebagian besar umat Islam merayakan tahun baru Islam secara bersamaan, setiap negara dan ormas Islam memiliki kriteria awal bulan kalender Islam yang berbeda. Akibatnya, di satu titik mereka merayakan hari raya atau awal bulan secara bersamaan, tetapi di saat yang lain merayakannya secara berbeda. Kebersamaan yang terjadi hanyalah kebetulan belaka.

Kalender Islam tidak memiliki otoritas tunggal yang mengaturnya, termasuk di Indonesia. Ini adalah persoalan terbesar dalam kalender Islam saat ini, selain belum adanya kriteria tunggal. Meski pemerintah melalui Kementerian Agama mengatur penentuan awal bulan kalender hijriah, sebagian ormas Islam tetap menggunakan caranya sendiri.

Kondisi itu berbeda dengan kalender Masehi yang diatur oleh Gereja Katolik Vatikan. Meski kalender Masehi masih memiliki potensi kesalahan di masa depan, keajekan aturan yang menimbulkan kepastian membuat kalender ini dijadikan patokan untuk pengaturan administrasi sipil di semua negara di dunia.

Kalender Islam bersumber dari kalender Arab pra-Islam. Kalender itu digagas menjadi kalender Islam di era kepemimpinan Umar bin Khattab. Untuk epoch atau titik awalnya ditentukan berdasar waktu hijrah atau berpindahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, Arab Saudi, pada tahun 622 Masehi.

Satu bulan dalam kalender Islam memiliki panjang 29-30 hari. Namun, panjang hari di setiap bulan hanya ditentukan berdasarkan periode sinodis Bulan, dari ijtimak ke ijtimak berikutnya atau dari Bulan mati ke Bulan mati berikutnya.

Baca juga: Kalender Masehi Masih Menyimpan Kesalahan

Sistem perhitungan atau hisab sebenarnya bisa digunakan untuk menentukan panjang bulan setiap bulannya. Namun, untuk tiga bulan terkait ibadah wajib atau haram, yaitu Ramadhan (bulan ke-9), Syawal (ke-10), dan Zulhijah (ke-12), sebagian besar umat Islam tetap menentukannya dengan pengamatan (rukyat) hilal.

Sementara tahun baru Jawa pada 2023 ini, menurut kalender yang diterbitkan majalah dwimingguan berbahasa Jawa, Jaya Baya, 1 Sura 1957 (Jimawal) jatuh pada Kamis Pahing (20/7/2023) atau tepatnya dari Rabu (19/7/2023) selepas Matahari terbenam hingga Kamis (20/7/2023) sebelum Matahari terbenam.

Sama seperti penyebutan hari dalam kalender Islam, masyarakat umum akan menyebut 1 Sura 1957 (Jimawal) dimulai pada malam Kamis Pahing, jarang yang menyebut dimulai pada Rabu Legi malam. Masyarakat Indonesia memang memiliki budaya menyebut waktu terlebih dulu sebelum nama hari untuk menandakan bahwa awal hari dimulai pada malam hari. Akibatnya, masyarakat lebih suka menyebut malam Minggu daripada Sabtu malam.

Sistem Penanggalan Jawa

Kalender Jawa adalah kalender matematis, yaitu panjang setiap bulannya sudah ditentukan jumlah harinya dengan bulan berangka ganjil memiliki panjang 30 hari dan bulan berangka genap mempunyai 29 hari. Jumlah hari dalam satu tahunnya antara 354 hari untuk tahun basit (pendek) dan 355 hari untuk tahun kabisat (panjang).

Ketentuan panjang hari setiap bulan inilah yang membuat Idul Fitri dalam kalender Islam dan Jawa beberapa kali mengalami perbedaan. Bulan Ramadhan dalam kalender Islam bisa memiliki panjang 29 hari atau 30 hari, tetapi bulan Pasa dalam kalender Jawa yang setara dengan Ramadhan selalu memiliki panjang 30 hari.

Meski demikian, panjang bulan Besar 1956 (Ehe) atau bulan ke-12 pada kalender Jawa pada tahun 2023 ini berbeda dengan aturan biasanya. Sebagai bulan genap, jumlah hari bulan Besar seharusnya 29 hari, bukan 30 hari seperti sekarang. Jumlah bulan Besar yang memiliki 30 hari menandakan bahwa tahun 1956 (Ehe) adalah tahun kabisat dengan tambahan satu hari ditempatkan pada bulan ke-12.

Karena itu, seperti yang banyak beredar di media sosial, perayaan 1 Muharam 1445 H yang dirayakan Selasa (18/7/2023) malam dan banyak disebut juga sebagai tanggal 1 Sura, sejatinya belum masuk 1 Sura 1957 (Jimawal). Dalam kalender Jawa, Selasa (18/7/2023) malam masih masuk tanggal 30 Besar 1956 (Ehe). Perayaan 1 Sura baru akan diperingati pada Rabu (19/7/2023) malam atau malam Kamis (20/7/2023).

Baca juga : Kalender Islam dan Kalender Jawa, Produk Budaya yang Kian Terpinggirkan

Alasan itu pula yang membuat acara kirab Lambah Budaya Mubeng Benteng Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kirab Pusaka Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat baru akan dilakukan pada Rabu (19/7/2023) malam seiring datangnya 1 Sura 1957 (Jimawal).

Kalender Jawa, seperti disebut dalam buku Penanggalan Jawa 120 Tahun Kurup Asapon karya H Djanudji (2006), mulai digunakan pada 1 Muharam 1043 H atau 8 Juli 1633 M atau bertepatan dengan tahun 1555 Saka di zaman berkuasanya Sultan Agung Hanyakrakusuma sebagai Raja Mataram.

Suasana prosesi kirab pusaka di Keraton Kasunanan Surakarta, Solo, Kamis (10/2/2005).

Kalender Jawa dibuat untuk menyatukan sejumlah penanggalan yang digunakan masyarakat Jawa saat itu, yaitu kalender Saka digunakan umat Hindu dan kalender Hijriah oleh umat Islam. Kalender Jawa merupakan pencampuran antara sistem kalender Hindu dan kalender Islam.

Nama hari dan bulan diserap dalam kalender Jawa diambil dari kalender Islam yang telah disesuaikan penyebutannya sesuai lidah dan budaya orang Jawa. Sementara angka tahun tetap memakai tahun Saka. Dengan demikian, awal tahun pertama kalender Jawa adalah 1 Sura 1555 (Alip), bukan tahun 1 Sura 1 (Alip).

Meski demikian, kalender Jawa tetap memiliki sejumlah fitur unik yang khas. Salah satunya adalah konsep hari yang terdapat dua sistem, yaitu ”saptawara” atau siklus mingguan (minggon) yang terdiri atas tujuh hari dari Ahad sampai Sabtu dan ”pancawara” atau siklus pasaran yang terdiri atas lima hari, yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Konsep hari pasaran itu dinilai lebih tua dibanding konsep hari mingguan.

Dalam penulisan tahun Jawa selalu disertai nama urutan tahun dalam satu windu atau siklus delapan tahunan. Penamaan tahun pertama hingga kedelapan dalam satu windu itu adalah Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Jadi, tahun lalu 1956 (Ehe) merupakan tahun kedua dalam siklus windu dan tahun yang baru 1957 (Jimawal) adalah tahun ketiga dalam satu siklus windu.

Lihat juga: Obor Keliling Kampung Sambut Tahun Baru Islam 1445 H

Dalam satu windu terdapat tiga tahun kabisat yang ditempatkan pada tahun Ehe (tahun kedua), tahun Dal (kelima), dan tahun Jimakir (kedelapan). Karena tahun 1956 termasuk tahun Ehe, maka tahun yang akan segera habis itu termasuk tahun kabisat dengan panjang bulan Besar (bulan ke-12) menjadi 30 hari.

Aturan windu itu membuat panjang satu tahun dalam kalender Jawa adalah 354 3/8 hari. Sementara rata-rata panjang satu tahun dalam kalender Islam yang jadi acuan kalender Jawa adalah 354 11/30 hari. Saat digunakan sebagai acuan kalender Jawa, kalender Islam masih bersifat matematis meski tidak murni karena masih menggabungkan dengan pengamatan Bulan. Beberapa dekade terakhir, kalender Islam cenderung menjadi kalender astronomis, sedangkan kalender Jawa tetap matematis.

Kepadatan warga Tengger di kawah Gunung Bromo saat perayaan Yadnya Kasada di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Senin (5/6/2023). Yadnya Kasada merupakan sebuah upacara persembahan untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur suku Tengger yang digelar setiap Bulan Kasada hari ke-14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger.

Perbedaan panjang hari itu membuat dalam 120 tahun terdapat 45 tahun kabisat dalam kalender Jawa dan 44 tahun kabisat dalam kalender Islam. Artinya, dalam 120 tahun kalender Jawa akan lebih cepat satu hari dibanding tahun Islam. Dalam jangka panjang, kondisi itu akan membuat kalender Jawa terus lebih maju dari kalender Islam sehingga tidak selaras lagi dengan kalender Islam.

Kondisi ini baru disadari setelah 72 tahun kalender Jawa berjalan. Untuk menjaga agar awal kalender Jawa bisa bersamaan atau setidaknya tidak berbeda jauh dengan kalender Islam, dibuat siklus 120 tahunan yang disebut kurup.

Tahun ke-120 dalam kalender Jawa atau tahun kedelapan (Jimakir) pada windu ke-15 yang seharusnya merupakan tahun kabisat dibuat tetap menjadi tahun basit. Dengan demikian, jumlah tahun kabisat dalam kalender Jawa dan kalender Islam (matematis) sama banyaknya, yaitu 44 tahun.

Dengan aturan kurup atau siklus 120 tahunan itu, Tahun Baru Jawa pada 120 tahun berikutnya akan jatuh satu hari lebih awal, baik dalam penyebutan hari ”saptawara” maupun ”pancawara”. Kasunanan Surakarta menetapkan 1 Sura 1627 (Alip), atau 72 tahun setelah pelaksanaan kalender Jawa, jatuh pada Kamis Kliwon. Selanjutnya, 120 tahun kemudian, 1 Sura 1747 (Alip) akan jatuh pada Rabu Wage.

Lihat juga: Memberi Makan Kerbau Bule Keramat Milik Kasunanan Surakarta

Indikator Alip, Rabu (dalam bahasa Jawa: Rebo), dan Wage itu kemudian disingkat Aboge dan menjadi nama kurup. Kurup Aboge ini berlangsung dari 1 Sura 1747 (Alip) sampai 29 Besar 1866 (Jimakir). Pada 1 Sura 1867 (Alip) yang jatuh pada Selasa Pon akan masuk kurup baru yang disebut Asapon (Alip, Selasa, Pon). Kurup Asapon inilah yang saat ini berlaku, dari 24 Maret 1936 M sampai 25 Agutus 2052 M.

Namun, nyatanya masih ada masyarakat Jawa yang memakai kurup Aboge. Melemahnya peran keraton dan wilayah yang jauh dari pusat keraton membuat informasi tentang perubahan kurup atau pembaruan sistem kalender Jawa itu tidak sampai ke masyarakat.

Bagaimanapun, kelanggengan kalender atau sistem penanggalan sebagai produk budaya akan tersingkir jika tidak digunakan. Baik kalender Jawa yang cukup mapan maupun kalender Islam yang masih mendebatkan soal kriteria awal bulan sama-sama memiliki tantangan berbeda untuk bertahan.

Ahli kalender yang juga astronom Indonesia, Moedji Raharto, seperti dikutip Kompas, 6 November 2014, menyebutkan, walau ada pro dan kontra atau kritik dan ketidaksempurnaan, sebuah kalender tetap harus digunakan agar lestari. ”Jika tidak dimanfaatkan, kalender akan hilang,” katanya.

Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriah.

Selamat Tahun Baru Jawa 1 Sura 1957 (Jimawal).

Susunlah kata berikut ini menjadi sebuah Istilah dalam pelajaran Informatika, "R", "C", "H", "S", "E","A","G","I","N".

Mobil baru Rp 100 jutaan bakal menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen dengan bujet terbatas.

Beberapa pilihannya datang dari kategori Low Cost Green Car (LCGC) yang memang sejatinya diset untuk memenuhi permintaan dari para first buyer.

Selebihnya, beberapa merek Cina juga menawarkan beberapa mobil baru Rp 100 jutaan yang cukup menarik untuk dilirik.

Model yang saat ini tersedia di pasaran cukup lengkap karena meliputi city car, hatchback, dan tentunya Multi Purpose Vehicle (MPV).

Ape Escape – On the Loose (136MB)

Aliens vs Predator – Requiem (151MB)

Activision Hits Remixed (183MB)

Air Conflicts – Aces of World War II (157MB)

Alien Syndrome (232MB)

Uang Rp 100 Jutaan Bisa Beli Mobil Baru Apa?

Informasi lebih rinci dan lengkap mengenai pilihan modelnya bisa disimak di bawah ini.

Termasuk untuk harga terbarunya yang Carmudi rangkum dari website masing-masing pabrikan pada pertengahan April 2024.

Baca Juga: 5 Mobil Termurah di Indonesia, Harga Mulai Rp112 Jutaan

Toyota New Calya 2022 (Foto: Toyota)

LCGC ini hadir dengan kapasitas kabin 7-seater yang membuatnya cocok untuk dijadikan sebagai mobil keluarga.

Calya tersedia dalam empat varian yang ditawarkan dengan rentang harga Rp164,7 juta sampai Rp187,4 juta.

Dalam hal performa, mobil ini menggunakan mesin 1.200 cc yang menjadi satu-satunya opsi sumber tenaga tersdia untuk mobil ini.

Hal tersebut agak berbeda dengan kembarannya, Daihatsu Sigra, yang juga tersedia dalam opsi mesin 1.000 cc.

Toyota Agya GR Sport 2021 (Foto: TAM)

Model lain dari Toyota yang juga masih masuk kategori LCGC adalah Agya.

Mobil ini hadir dalam empat varian yang ditawarkan dalam rentang harga Rp167,9 juta sampai Rp253,5 juta.

Sama seperti Calya, mobil ini hanya memiliki satu pilihan mesin dengan kapasitas 1.200 cc.

Belum lama ini Toyota melakukan langkah penyegaran terhadap Agya dengan menghadirkan varian GR Sport.

Jika LCGC Toyota masih dirasa terlalu mahal maka konsumen bisa melirik produk-produk kembarannya yang ada di Daihatsu.

Contoh, Sigra yang dipasarkan mulai harga Rp138 juta sampai Rp181,6 juta.

Harga batas bawah Sigra bisa lebih rendah sebab ada varian-varian yang menggunakan mesin 1.000 cc.

Namun, varian-varian bermesin 1.000 cc tersebut hanya tersedia dalam pilihan transmisi manual.

Model lainnya dari merek Daihatsu yang masuk kategori mobil baru Rp 100 jutaan adalah Ayla.

Secara total ada dua belas varian Ayla yang dipasarkan pada saat ini dengan pilihan mesin 1.000 cc dan 1.200 cc.

Adapun untuk rentang harganya berada di antara Rp135 juta sampai Rp190,9 juta.

Namun, jangan buru-buru tergoda untuk memilih varian termurah dari mobil ini karena fiturnya sangat minim.

Bicara Honda Brio maka konsumen akan dihadapkan pada pilihan Brio Satya dan Brio RS.

Brio Satya sebagai salah satu LCGC masih bisa masuk dalam daftar mobil baru Rp 100 jutaan karena dijual dengan rentang harga Rp167,9 juta sampai Rp198,3 juta.

Hal yang spesial dari mobil ini adalah transmisi matiknya sudah menggunakan jenis CVT.

Beda dengan LCGC lain yang transmisi matiknya masih menggunakan model konvensional.

Sementara itu, bagi konsumen yang penasaran, untuk Brio RS (non LCGC) pada saat ini dijual antara Rp243,1 juta sampai Rp253,1 juta.

S-Presso hadir sebagai pendatang baru yang mulai meramaikan pasar otomotif Indonesia sejak akhir tahun 2022 lalu.

Dimensi kompak dan styling bergaya Sport Utility Vehicle (SUV) menjadi daya tariknya.

Mobil yang diimpor dari India ini hanya tersedia dalam dua pilihan varian yang dibedakan berdasarkan jenis transmisinya.

Untuk varian manual dijual Rp169,1 juta sementara varian matiknya (AGS) ditawarkan Rp179,1 juta.

Suzuki APV Arena (Foto: Suzuki)

Posisi Suzuki APV dalam daftar mobil baru Rp 100 jutaan ini mirip dengan Gran Max.

Sebab hanya ada satu varian yang harganya masih dalam hitungan, yaitu APV Blind Van dengan banderol Rp183,2 juta.

Mobil ini tentunya sama sekali tidak cocok untuk dijadikan kendaraan penumpang, tapi lebih kepada mobil komersial.

Harga varian-varian di atasnya yang bisa digunakan sebagai kendaraan penumpang punya harga mulai Rp222,1 juta sampai Rp264,3 juta.

Opsi ini khusus bagi konsumen yang membutuhkan mobil komersial ringan berjenis pick up.

Suzuki Carry tersedia dalam empat pilihan varian yang ditawarkan antara harga Rp169,5 juta sampai Rp177,5 juta.

Konsumen akan dihadapkan pada pilihan varian flat deck dan wide deck.

Selain itu, pabrikan juga menawarkan opsi fitur power steering pada beberapa variannya.

Wuling New Confero (Foto: Wuling Motors)

Confero merupakan salah satu model Wuling yang dijual dalam rentang harga Rp 100 jutaan atau tepatnya Rp185,3 juta.

Hanya ada satu pilihan varian yang tersedia untuk mobil dengan dilengkapi dengan transmisi manual.

Model ini boleh dibilang sebagai versi paling dasar dari Confero.

Di atasnya ada Confero S yang punya fitur dan tampilan lebih atraktif, tapi dijual dengan rentang harga Rp207,7 juta sampai Rp232,3 juta.

Formo S juga bisa menjadi pilihan bagi konsumen yang menginginkan mobil baru dengan harga Rp 100 jutaan.

Model ini tersedia dalam dua pilihan varian yang dibedakan berdasarkan konfigurasi jok di dalam kabinnya.

Untuk varian 5-seater dijual seharga Rp164,8 juta sementara itu varian 8-seater dijual Rp169,6 juta.

Formo juga hadir dalam bentuk blind van yang artinya lebih condong untuk keperluan kendaraan komersial ringan.

Model ini hanya tersedia dalam satu varian bertransmisi manual dengan banderol Rp152,7 juta.

Model ini hadir sebagai anggota keluarga terbaru dalam lini produk Formo yang dimiliki Wuling.

Sebagai mobil pick up, Formo Max memiliki fitur yang cukup baik dibandingkan para rivalnya.

Ada dua varian Formo Max yang tersedia, yakni Formo Max Standard dengan harga jual Rp165 juta dan Formo Max AC seharga Rp173 juta.

DFSK Gelora Tipe Blind Van (Foto: DFSK)

Masih dari merek China, opsi berikutnya adalah Gelora Blind Van yang ditawarkan seharga Rp175 juta.

Model ini tentunya juga hanya cocok digunakan sebagai kendaraan komersial.

Selain itu, sebenarnya juga tersedia varian Gelora Minibus, tapi harga jualnya sudah tembus Rp201,9 juta.

Model terakhir dalam ulasan mobil baru Rp 100 jutaan ini adalah pick up Super Cab yang dijual dalam rentang harga Rp153,5 juta sampai Rp199 juta.

Harga Rp153,5 juta berlaku untuk model yang menggunakan mesin 1.500 cc bensin.

Sedangkan harga Rp199 juta untuk model yang menggunakan mesin diesel 1.300 cc.

Adanya opsi mesin diesel pada Super Cab menjadi daya tarik tersendiri sebab menjadi opsi lain dari Mitsubishi Colt L300 yang harga termurahnya sudah di atas Rp 200 juta.

Baca Juga: Daftar Mobil Bekas Harga Rp 100 Jutaan, Bisa Dapat Toyota Harrier!

Asphalt – Urban GT 2 (78,7MB)

Assassin’s Creed – Bloodlines (424MB)

Adventures to Go! (54MB)